Senin, 19 Oktober 2009

GUNUNG API LEWOTOBI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

Gunung Api Lewotobi di Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu gunung api aktif di Flores. Beda dengan gunung api lainnya, gunung ini memiliki dua puncak. Masyarakat Flores Timur bisa membedakan jenis kelamin kedua puncak ini. Puncak kiri yang berbentuk tumpul berjenis kelamin laki-laki dan puncak kanan berpuncak agak tajam berjenis kelamin laki-laki. Karena itu, gunung api ini disebut gunung api Lewotobi laki-laki dan perempuan.

Letusan terakhir terjadi tahun 2003. Letusan gunung ini selain menghanguskan hutan di lerengnya yang menghadap ke laut utara di kecamatan Ilebura, juga merusak atap-atap rumah penduduk dan tanaman para petani. Selain itu, dari gunung api ini, selalu tersedia pasir berkualitas sebagai bahan bangunan untuk masyarakat di Larantuka dan sekitarnya.

Menghadap ke kecamatan Wulanggitang, letusan gunung api ini juga mengirim abu panas dan pasir. Pada musim hujan cenderung dari daerah aliran lahar mengalir deras banjir yang mengancam pemukiman penduduk di lerengnya, seperti Klatanlo dan Wolorona di Hokeng.

Dari kedua kecamatan yang mengelilingi gunung api ini, kecamatan Ilebura yang lebih rawan alammya. Kecamatan ini selain kering kerontang ditimbuni kelikir dan pasir yang mengalir dari pincak Lewotobi, juga berhimpitan dengan laut. Lahan pertanian di kecamatan ini sangat kering. Lain dengan Kecamatan Wulanggitang di selatan Lewotobi.***

(Foto puncak Lewotobi laki-laki dan perempuan - diambil dari desa Eputobi dengan latar depan pulau Konga - foto: melky koli baran)

YPPS AKAN SEGERA LUNCURKAN PROGRAM BUILDING RESILIENCE

Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) di Flores Timur akan segera meluncurkan program barunya. Program baru ini untuk mefasilitasi penguatan kapasitas masyarakat, pemerintah daerah dan para pihak untuk pengurangan resiko bencana.

Program kerja sama dengan Oxfam GB ini akan berlangsung selama tiga tahun ke depan, dimulai tahun 2009. Lokasi belajar mengambil tempat di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka. Karena itu, YPPS selaku penanggungjawab program ini telah mempersiapkan tim program di Maumere yang akan ditangani langsung oleh Wahana Tani mandiri kabupaten Sikka.

Sebagai media belajar penguatan kapasitas untuk pengurangan resiko bencana, program ini mengambil jenis ancaman letusan Gunung Api. Di Flores Timur lokasi belajar bertempat di Kecamatan Ilebura untuk ancaman gunung api Lewotobi laki-laki dan perempuan serta kecamatan Adonara Timur di pulau Adonara untuk ancaman gunung api Ileboleng.

Di Ilebura akan ditentukan secara partisipatif bersama pemerintah kecamatan dan pemerintah desa 4 desa sebagai daerah belajar bersama masyarakat menganalisis ancaman dan resiko serta 1 desa di Kecamatan Adonara Timur untuk menganalisis ancaman dan resiko konflik. Di Kabupaten Sikka dipilih 5 desa di kecamatan waigete.

Camat Ilebura Drs. Yos Tua Dolu disela-sela peringatan HPS di Hokeng 14 Oktober mengatakan kesiapannya bersama staf kecamatan membantu YPPS dalam pelaksanaan program ini di Ilebura. Menurutnya, program ini akan semakin mengintegrasikan masyarakat ke dalam ketahanan menghadapi resiko. Di kecamatan ini sedang bekerja VVI yang memfasilitasi bantuan pendidikan dan Delsos Keuskupan Larantuka yang memfasilitasi program food security serta YPPS yang memfasilitasi gerakan menanam berbasis sekolah.

Selain masyarakat umumnya, program di dua kabupaten ini akan memberi perhatian juga pada penguatan kapasitas sekolah dalam besiaga menghadapi ancaman.

Pejabat di Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGPOLLINMAS) Kabupaten Flores Timur yang menangani bagian Linmas mengatakan, Flores Timur memiliki sejumlah ancaman (multi hazard). Ada ancaman alam seperti gunung api dan longsor, banjir, kekeringan tetapi juga ancaman wabah penyakit dan konflik sosial.

Disebutkannya, di kecamatan Adonara Timur sedang difasilitasi penyelesaian konflik sosial Tobi Lewokelen.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Flores Timur Drs. Isak Fredy Hormu di kantornya mengatakan, untuk mengurangi resiko bencana, telah difasilitasi pembentukan Taruna Siaga Bencana yang berjumlah 41 orang.
Management YPPS saat ini sedang memproses administrasi ke Oxfam agar program dapat diluncurkan tepat waktu. Disencanama, awal November akan dilangsungkan peluncuran resmi di kantor YPPS secara internal dan bersama masyarakat dan pemerintah akan diluncurkan di Kecamatan Ilebura. Direncanakan, Bupati Flores Timur akan didaulat untuk meluncurkan program ini.

YPPS sedang mempersiapkan pembentukan tim program yang terdiri dari 14 orang dengan rincian 6 orang di Sikka dan 8 orang di Flores Timur. Pelaksanaan program di dua kabupaten ini dikoordinir langsung dari YPPS dengan penanggungjawab Yohanes Suban Kleden dan manager Melky Koli Baran.

Pada tahun pertama yang akan berlangsung selama kurang lebih 8 bulan, akan difasilitasi sejumlah kegiatan penguatan kapasitas masyarakat, pemerintah dan sekolah.

Di masyarakat, akan difasilitasi pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat yang disebut Community Base Disaster Risk Management (CBDRM). Sejumlah latihan dan analisis partisipatif desa akan difasilitasi sekaligus untuk mengenal jenis resiko dan ancaman. Juga memperkuat kapasitas masyarakat untuk sama-sama mengurangi resiko-resiko kehidupan terhadap berbagai ancaman.

Di level pemerintahan, program ini juga mengalokasikan sejumlah kegiatan penguatan kapasitas staf pemerintahan, seperti disaster management atau managemen bencana yang akan lebih memperkenalkan siklus bencana dalam program pembangunan serta standar-standar layanan bagi pengungsi dan korban bencana.

Selain itu juga memwacanakan kebijakan kabupaten untuk pengurangan resiko bencana seperti Perda dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Di level staf program juga dialokasikan sejumlah kegiatan untuk penguatan kapasitas staf berupa latihan dan magang.

Keseluruhan program di dua kabupaten ini akan dilinkkan dengan Flores Institute for Resources Development (FIRD) yang telah berpengalaman selama dua tahun bersama Oxfam memfasilitasi pengurangan resiko bencana di kabupaten Lembata, Ende, Manggarai.

Telah disiapkan dukungan dana sebesar 1,1 milyar untuk program tahun pertama yang akan dimulai November 2009 hingga Mei 2010.***