Sabtu, 22 Agustus 2009

PEMBERDAYAAN BURUH MIGRAN INDONESIA DI DAERAH ASAL

Yayasan TIFA (The Tifa Foundation) yang berkedudukan di Jakarta telah menandatangani kontrak kerja selama setahun dengan ANTARA (Australian-Nusa Tenggara Asistence for Regional Outonomy) - kerja sama pembangunan pemerintah Indonesia dan Australi untuk pemberdayaan Buruh Migran Indonesia di daerah Asal. Program ini salah satu lokasinya di kawasan Nusa Tenggara untuk delapan bulan ke depan mulai Bulan Agustus 2009 di empat kabupaten, yakni Lombok Timur, Sumbawa, Kupang dan Flores Timur.

Di keempat Propinsi ini, Yayasan TIFA bekerja sama dengan mitra-mitranya. Koslata di Lombok Timur, ADBMI di Sumbawa, Rumah Perempuan Kupang di Kabupaten Kupang dan Delsos-PSE Keuskupan Larantuka dan YPPS di Kabupaten Flores Timur.

Untuk mulai beroperasinya program ini di daerah asal, Yayasan TIFA bersama para mitranya telah melakukan pertemuan konsolidasi program dan tekhnis-tekhnis pendokumentasian dan laporan bertempat di Hotel Puri Dalem, Sanur, Denpasar, Bali, 20-21 Agustus 2009.

Di Kabuapten Flores Timur, dan juga kabupaten lainnya, program ini akan dilaksanakan di dua level, yakni di level komunitas dengan kelompok sasaran para mantan buruh migran dan keluarga buruh migran, dan di level Pemerintah Daerah Flores Timur untuk memfasilitasi perbaikan paradigma pemerintahan yang berpihak pada penegakkan hak-hak para buruh migran. Diharapkan, pemerintah dan masayarakat sama-sama membangun iklim kehidupan di masyarakat yang memungkinkan dan mendukung terlaksananya proses-proses bermigrasi secara aman dan bermartabat.

Program ini digarap lantaran berbagai fakta kontroversial di masyarakat tentang buruh migran ke Luar Negeri yang dalam program ini disebut Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri (TKILN) yang simpang siur dan belum menempatkan para TKILN sebagai bagian penting dari pelaku pembangunan di daerah asal.

Data yang belum dipeeroleh secara pasti, namun dalam survey awal di sepuluh desa di Flores Timur memperelihatkan bahwa para TKILN turut menyumbang bagi peningkatan pendapatan di daerah. Kurang lebih setiap enam bulan, para TKILN mengirim uang baik langsung ke keluarga maupun ke bank-bank yang ada di Flores Timur. Aliran uang dari TKILN ini umumnya tidak disadari sebagai bagian penting dari partisipasi para TKILN bagi pembangunan Flores Timur. Belum disadari bahwa para TKILN yang adalah orang-orang desa itu telah bekerja membanting tulang di luar negeri dan mengirim uang ke Kabupaten Flores Timur untuk digunakan oleh para elit politik dan ekonomi di kabupaten ini. Hal ini karena, akses pinjaman ke bank di Flores Timur masih didominasi para elit politik dan bisnis.

Selain memfasilitasi terbangunnya nuansa kebijakan daerah yang menghormati para TKILN, program ini juga akan memfassilitasi penghapusan berbagai pemerasan terhadap TKILN sebelum penempatan dan pasaka penembatan. Fakta buruk di pelabuhan Larantuka setiap ada kapal-kapal penumpang luar daerah yang masuk ke wilayah itu selalu terjadi pemerasan yang terkesan dibiarkan oleh aparat seperti KP3 Laut pelabuhan Larantuka. Para buruh angkut di pelabuhan Larantuka dengan dalil wilayah kerjanya seenaknya menentukan harga angkut barang-barang dari atas kapal ke pelabuhan yang mencapai ratusan sampai jutaan rupiah tergantung jenis dan berat barang serta siapa mangsanya. Program ini bercita-cita memfasilitasi publikasi berbagai aturan seperti pungutan di terminal darat, laut dan udara.

Sedangkan di tingkat komunitas, akan difasilitasi pengembangan sektor usaha dan perencanaan pengelolaan keuangan. Selain itu, merespon kasus-kasus keterpisahan antara keluarga dan para TKILN, program ini juga akan memfasilitasi pembangunan rumah Maghnetik di Larantuka yang akan dimanfaatkan oleh setiap keluarga TKILN untuk berkomunikasi dengan anggota keluarganya di Luar Negeri. Rumah ini akan dilengkapi dengan tekhnologi komunikasi internet, dan kepada para anggota keluarga TKILN juga dilatih menggunakan fasilitas ini. Selain itu, di tiga pulau Delsos akan memfasilitasi pembangunan Pusat Informkasi dan Pelayanan (PIP) yang dapat berfungsi sebagai ruang diskusi, sharyng dan juga latihan-latihan praktis.

Disaradi bahwa program ini teramat singkat sehingga sulit mencapai berbagai mimpi ini. Karena itu dalam implementasinya berbagai strategi dan pendekatan akan digunakan. Termasuk mengintensifkan komunikasi dan distribusi informasi kepada masyarakat dan dengan pemerintah daerah. Di kabupaten, diskusi-diskusi dengan para pihak akan menjadi pilihan strategis menggunakan media-media komunikasi seperti Radio dan media cetak lainnya.

Program ini juga bermimpi untuk mencoba memfasilitasi penyadaran masyarakat untuk memilih bermigrasi secara swadaya berbasis maasyarakat dan keluarga, tanpa tergantung pada jasa PJTKI. Hal ini berangkat dari pengalaman bermigrasi yang telah dijalani masyarakat Flores Timur bertahun-tahun. Hal ini juga dibenarkan oleh ibu Isna dari BNPTKI bahwa bekerja ke luar negeeri tidak hanya dengan jasa PJTKI tetapi juga dengan jasa perorangan yahg penting ada kejelasan jop order di negara tujuan. (Melky)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar