Selasa, 04 Agustus 2009

SEJENAK DENGAN DESA LAMAU, ILE APE, LEMBATA
Ceritera Pengamatan 24-26 MEI 2007

DISKRIPSI WILAYAH LAMAU
Desa Lamau merupakan salah satu desa dikecamatan Ile Ape, kabupaten Lembata. Wilayah ini merupakan dataran rendah yang menjorok kelaut. Sebelah barat berbatasan dengan desa Aulesa, sebelah timur berbatasan dengan Lamatokan, sebelah utara berbatasan dengan laut dan sebelah selatan berbatasan dengan gunung Ilie Ape. Desa ini dihuni 80 KK, dengan jumlah penduduk sekitar 200 jiwa. Tata ruang desa ini terbagi dalam 4 zona besar tangkapan air dilereng gunung Ilie, pemukiman, lahan pertanian dan pantai.
1. Zona Puncak Gunung:
Desa Lamau berada di kaki gunung Ilie Ape. Gunung ini dalam status masih aktif, setiap hari mengeluarkan lahar meskipun jumlahnya sangat sedikit. Meletus terakhir kali kurang lebih 30 tahun yang lalu. Kondisi puncak gundul, tidak ada tanaman yang bisa hidup disini.
Satu hal yang perlu diwaspadai untuk menghadapi ancaman bencana adalah menyiapkan model kesiap siagaan masyarakat. Hal ini perlu dipersiapkan karena desa ini berada jauh dari kota, serta sarana transportasi yang terbatas. Beberapa desa sekitarna juga mengalami problem serupa.
2. Zona Padang Rumput
Zona ini merupakan hamparan padang rumput yang melingkar gunung. Semula zona ini dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. awalnya komoditi yang dibudidayakan komoditi jagung, kacang, dan ketela pohon. Namun dalam beberapa tahun terakhir selalu gagal panen karena dimanak babi. Akhirnya komoditinya dirubah dengan padi dan kacang hijau, karena komoditi ini tidak disukai babi. Tanaman ini dibudidayakan menjelang musim kemarau, terutama kacang hijau.
Dalam menyiapkan lahan untuk tanaman, dengan terlebih dahulu dilakukan pembakaran untuk membersihkan rumput dan abunya bisa dimanfaatkan untuk pupuk tanaman. Penanaman padi biasanya dilakukan pada saat musim hujan, sementara kacang hijau ditanam menjelang musim kemarau. Namun lahan tersebut sekarang tidak lagi dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.
Meskipun demikian pembakaran lahan untuk membersihkan rumput ini selalu dilakukan setiap tahun. Api seringkali merambat sampai ke hutan tutupan dibawahnya. Maka ancaman kerusakan terbesar adalah kerusakan konservasi hutan. Bila ini hutan sampai gundul maka penduduk desa disepanjang kawasan ini terancam krisis air.
Sebaiknya perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mendorong pengelolaan kawasan ini untuk memperluas hutan lindung.
3. Zona Hutan Lindung
Zona hutan lindung merupakan penyanga terpenting dalam menjaga keberlanjutan ketersediaan sumber air. Luas hutan ini kurang lebih ….ha, dengan jenis tanaman berupa tanaman keras yang sudah berumur puluhan tahun. Zona ini juga melingkar sepanjang gunung. Namun kondisinya sekarang mulai konservasi kawasan ini mulai terancam. Penyebabnya adalah modernisasi didesa yang merubah pola hidup merubah rumah hunian menjadi rumah permanen membutuhakan kayu yang sangat banyak. Sementara untuk mendapatkan kayu selama ini disuply dari Sulawesi dengan harga yang cukup tinggi. Kegiatan ini menunjukan angka peningkatan yang cukup tinggi. Indikatornya adalah kegiatan pembangunan rumah hampir setiapa hari terjadi. Sebelumnya orang tidak terlalu repot dengan pembangunan rumah, bagaimana merenofasi dan lain-lain.
Penyebabnya yang lain seperti dipaparkan sebelumnya adalah pembakaran padang rumput yang dilakukan setiap tahun pada Zona padang penggembalaan dan padang rumput. Setiap tahun kegiatan pembersihan lahan dengan melakukan pembakaran ini setiap tahun. Selain pembakaran juga mulai ada beberapa orang yang sudah mulai merambah hutan ini untuk mendapatkan kayu bakar dan kayu untuk bangunan. Upaya perambahan hutan ini berdasarkan informasi beberapa penduduk peserta belajar akhir – akhir ini grafik perambahan hutan menunjukan angka peningkatan.
4. Zona Padang Pengembalaan Ternak
Zona ini berada tepat dibawah zona hutan lindung, kawasan ini disiapkan oleh masyarakat untuk melepas ternaknya piaranya. Secara yuridis penetapan kawasan ini menjadi padang penggembalaan ditetapkan sejak tahun 1990-an. Bahkan sejak tahun 2000 sudah dikukuhkan dalam bentuk perdes. Penyediaan lahan ini sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kerusakan tanaman pangan dilahan penduduk. Selain dilepas ternak diwajibkan untuk diikat sehingga tidak berkeliaran disebarang tempat. Ternak yang dikembangkan yaitu kambing dan sapi. Pemeliharaan ini lebih pada untuk pemenuhan kebutuhan adat. Tetapi bukan sebagai aset ekonomi keluarga. Jumlah ternak didesa ini Ternak disini terdiri dari kambing kurang lebih 5000 ekor dan kuda jumlahnya kurang dari 50 ekor.
Kawasan ini sangat berpotensi sebagai lumbung tenak, dengan melihat keragaman sumber pakan dan luasnya padang rumput diwilayah ini. Permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah tidak adanya pedagang yang membeli ternak. Satu peluang yang saya kira perlu untuk distudi dan dianalisis lebih lanjut.
5. Zona Pemukiman
Pemukiman ini dihuni 80 KK, dengan jumlah penduduk sekitar 200 jiwa. Jarak rumah satu dengan yang lain sangat rapat. Biasanya rumah – rumah ini berada disepanjang jalan besar menggerombol 5 – 10 rumah. Pemukiman penduduk berada disepanjang jalan desa. Biasanya Dari jumlah tersebut sekitar 20% merupakan buruh migran di Malaysia. Disini hidup dihuni dua penganut agama yang hidup rukun, kedua agama tersebut 75% beragama Islam dan 25% beragama Katolik.
Hampir 90% penduduk tinggal dirumah – rumah berdinding bamboo dan kayu, dengan atap ilalang. Sarana sanitasi yang ada dipemukiman yang dimiliki berupa MCK yang terbuat dari bangunan bamboo sebagai dinding. Tidak ada saluran pembuangan air limbah, sehingga air mengenang disekitar pemukiman yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Sarana dan prasarana transportasi adalah berupa jalan tanah yang diperkeras dengan batu, sementara untuk mobilalisasi penduduk menggunakan angkutan umum berupa truk. Dalam sehari angkutan ini maksimal 2 kali PP. Dengan ongkos untuk ke Lewoleba untuk anak sekolah Rp. 10000,PP. sedangkan untuk umum Rp. 20.000,- sekali jalan pulang pergi. Selain ini ada beberapa alat transportasi berupa sepeda motor pribadi.
6. Zona Pertanian
Zona ini luasnya kurang lebih 160 ha, berada memanjang diutara pemukiman penduduk. Dari luasan tersebut hanya 80 ha yang selama ini dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan. Komoditi yang dikembangkan cukp banyak yaitu jagung, ketela pohon, kacang hijau, kacang tanah, dan beberapa komoditi lain tetapi skalanya relative kecil ( Labu, ketela rambat, pisang, koro – koroan, kacang panjang dan beberapa komoditi lain).
Model penanaman dilakukan secara tumpangsari, dalam satu petak komoditi yang dikembangkan bisa mencapai 20 komoditi. Sementara komoditi yang diandalkan adalah Jagung, kacang tanaha dan kacang hijau. Lainya diangap sebagai tanaman tambahan. Namun belum semua komoditi yang ada dikonsumsi.
7. Zona Pantai
Pantai berada disepanjang desa sebagai batas desa bagian utara. Setelah zona pertanian terdapat hutan yang memanjang sepanjang pantai dengan lebar kurang lebih 20 m. Hutan ini ditumbuhi semak belukar dan tanaman tahunan dan sedikit kelapa.
Namun kondisi hutan tersebut mulai terancam karena abrasi pantai yang cukup parah. Abrasi pantai ini menunjukan angka peningkatan yang cukup serius dalam 2 tahun terakhir. Kurang lebih 10 m daratan sepanjang pantai hanyut terbawa air laut. Abrasi ini juga mengancam keberadaan hutan pantai. Sekitar 2 baris pepohonan tersebut ikut hanyut terbawa air laut.
Kejadian ini merupakan satu peristiwa yang cukup serius untuk menjadi catatan penting. Bila tidak diatasi maka dapat kita bayangkan dengan ketinggian desa hanya 1 m diatas permukaan laut dan dengan jarak kurang lebih 200 m dari bibir pantai. Maka diprediksikan sekitar 20 tahun kedepan maka dataran ini akan habis tergerus air laut.
Namun sebelum mencapai desa ancaman yang sangat serius adalah lahan pertanian sebagai sumber pangan dan penghidupan masyarakat didesa ini. bila ini terjadi maka sangatlah mungkin akan terjadi ancaman yang serius terhadap ketersediaan pangan.

Gagasan Membangun Lamau
Pengamatan ini akhirnya mau menyarankan kepada pemerintah dan para pihak untuk membangun gagasan membangun desa Lamau dan desa-desa lainnya di Ile Ape, Lembata. Pertanian bisa menjadi pilihan, namun tetap memperhatikan pengembangan jenis-jenis tanaman biji dan sayuran yang akan menjadi bahan pangan penduduk. Demikian pula dengan ternak skala rumah tangga.

Hal lain yang belum dilaksanakan adalah bagaimana menghubungkan penduduk di desa ini dengan wilayah lainnya yang berpenghasilan memadai. Wilayah ini bertetangga dengan Kecamatan Lebatukan dan Atadei yang subur dan menghasilkan berbagai hasil pertanian yang bisa mendukung inisiatif di Ile Ape seuruhnya atau desa Lamau khususnya.

Yang perlu dibangun adalah analisis peluang usaha yang berkaitan dengan pasar terdekat di Lewoleba serta perbaikan skill penduduk untuk bisa mengolah home industri berbasis hasil pertanian dari Lebatukan dan Atadei seperti pisang, kelapa dan singkongg.

Yang berminat, mari kita diskusikan bagaimana membangun desa Lamau sebagai ikon dari Ile Ape seluruhnya di Kabupaten Lembata.*** (Melky Koli Baran)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar