Minggu, 09 Januari 2011

POTENSI BANJIR

Ramalan yang dirilis BMG akan terjadi potensi bencana di sejumlah tempat. Di kabupaten Flores Timur, demikian BMG, potensi hujan yang bisa berakibat terjadi bencana banjir akan terjadi di kecamatan Larantuka antara bulan Desember 2010 hingga Februari 2011.


Menelusuri sejarah bencana banjir di kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, memang kecamatan Larantuka memiliki sejumlah pengalaman tragis. Yang masih kuat diingat masyarakat kota Larantuka dan sekitaranya di seputaran gunung Ilemandiri adalah banjir bandang (longsor lum,pur, batu beercampur pasir) tanggal 27 Februari tahun 1979. Pada Malam Rabu itu, lumpur bercampur batu dan paasir meluncur deras dari gunung Ilemandiri dan menerjang sebagian besar kota Larantuka ibu kota kabupaten Flores Timur. Ternyata longsoran dasyat itu bukan hanya di daerah kota Larantuka. Longsor mengerikan itu meluncur dari gung Ilemandiri dan menghancurkan hampir semua pemukiman penduduk dan lahan pertanian di keliling lereng Ilemandiri mulai dari Badu (Wailolong, Lewoloba, Lamawalang, Waibalun, kota Larantuka, Lewoneda, dan Waimana) yang mencakup wilayah kecamatan Larantuka dan kecamatan Iemandiri saat ini.

Kejadian ini diceriterakan merupakan kesekian kali dari sejumlah peristiwa sebelumnya. Hal ini kemudian terulang lagi tahun 2003 yang membelah kelurahan Lohayong dan Kelurahan Postoh. Peristiwa ini yang kemudian terkesan dipolitisir oleh Pemda Flores Timur dengan mengusulkan program rehabilitasi sebesar hampir 200 miliar rupiah, jauh melebihi usulan propinsi NTT untuk penanggulangan sejumlah lokasi bencana di tahun yang sama.

Dari pengalaman ini, kemudian memperhatikan ramalan BMG bahwa akan terjadi potensi bencana banjir di kecamatan Larantuka, maka daerah yang paling tinggi tingkat kewaspadaannya adalah wilayah kecamatan Larantuka yang berada di lereng gunung Ilemandiri mulai dari Lamawalang hingga kota Larantuka.

Ramalan BMG itu kini mendapat dukungan penuh dari perubahan cuaca di Flores Timur dan NTT keseluruhan pada akhir tahun 2010 hingga awal tahun 2011 di bulan Januari. Hingga memasuki hari kesepuluh bulan Januari, hujan terus mengguyur wilayah ini dengan sedikit selingan panar yang tak berarti. Memasuki hari enam hingga hari kesepuluh, kota Larantuka dan gunung Ilemandiri nyaris hilang ditelan kabut. Siang malam hujan terus mengguyur kota Larantuka. Bahkan minggu malam tanggal 9 Januari hingga tanggal 10 Januari dan mungkin akan berlanjud, daerah ini diguyur hujan di sertai sedikit angin kencang.

Kejadian alam ini minimal mengingatkan sejarah kejadian banjir di wilayah ini dan sangat mengganggu aktivitas masyarakat. Seluruh warga di kota ini berada dalam siatuasi tenang tetapi selalu waspada. Sejumlah sumber menurutkan bahwa di kawasan puncak Ilemandiri ada sebuah kawah yang digenangi air, semacam kolam. Jika potensi hujan meningkat, kolam itu akan terus terisi air. Didukung kondisi tanah Ilemandiri yang mudah longsor, endapan air dari kolam itu akan memudahkan teerjadinya longsoran dari puncak gunung itu. Sementara tingginya kerentanan di wilayah ini justru hampir seluruh pemukiman penduduk termasuk penduduk kota Larantuka berada di lereng gunung menghadap pantai Selatan Flores Timur. Jika terjadi longsoran, maka akan sangat  tinggi korban dan kerusakan.

Di kabupaten ini efektif bekerja Satlak kabupaten yang setiap tahun menyampaikan peringatan-peringatan dini kepada masyarakat. Perangkat kelembagaan dan regulasi seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) maupun kebijakan penanggulangan bencana di kabupaten ini beluam ada. Dipicu tingginya potensi bencana serta menguatnya prspektif pengurangan risiko bencana dalam pembangunan, saat ini sedang diprosoes kelembagaan dan regulasi kebencanaan di kabupaten ini. Dalam masa sidang mendatang, DPRD kabupaten Flores Timur dikabarkan telah siap memproses kehadiran regulasi dan kelembagaan pengurangan risiko bencana di kabupaten Flores Timur. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar